Berhubung
kemarin 2 materi terakhir pada mata kuliah imunologi adalah tentang imunisasi
dan vaksin yang banyak menimbulkan pro dan kontra dari teman-teman. sampai
sekarang pun, umat islam masih banyak memperdebatkan tentang vaksin dan
imunisasi. ada yang pro dan kontra. malahan sekarang sudah ada gerakan anti
imunisasi dan anti vaksinasi. baiklah langsung saja kita kroscek tentang 2 hal
ini. apakah halal dan aman???
Vaksin berasal dari bahasa latin vacca (sapi)
dan vaccinia (cacar sapi). Vaksin adalah sebuah produk yang menghasilkan
kekebalan sehingga melindungi tubuh dari penyakit. Vaksin diberikan melalui
suntikan jarum, melalui mulut dan aerosol. vaksin menjadi
polemik karena pada proses pembuatannya bisa saja bersentuhan dengan barang
haram atau najis.
Dalam
hal penyakit, lebih bijaksana untuk mencegah daripada mengobati. Salah satu
caranya adalah dengan memberikan vaksinasi. Vaksinasi sangat membantu untuk mencegah penyakit-penyakit infeksi yang menular baik
karena virus atau bakteri, misalnya polio, campak, difteri, pertusis (batuk rejan), rubella (campak
Jerman), meningitis, tetanus, Haemophilus influenzae tipe b (Hi
b), hepatitis,
dll.
Maha
besar Sang Pencipta. Sebenarnya setiap anak lahir dengan sistem kekebalan penuh
terdiri dari sel, kelenjar, organ, dan cairan yang berada di seluruh tubuh nya
untuk melawan bakteri dan virus menyerang. Sistem kekebalan mengenali kuman
yang memasuki tubuh sebagai penjajah “asing”, atau antigen, dan menghasilkan
zat protein yang disebut antibodi untuk
melawan mereka. Suatu sistem kekebalan tubuh yang sehat dan normal memiliki
kemampuan untuk menghasilkan jutaan antibodi untuk membela serangan terhadap
ribuan antigen setiap hari. Mereka melakukannya secara alami sampai-sampai
orang bahkan tidak menyadari mereka sedang diserang dan membela diri. Ketika
serangan sudah terlalu banyak dan tubuh tidak mampu bertahan, barulah orang
akan merasakan sakit atau berbagai gejala penyakit. Banyak antibodi akan
menghilang ketika mereka telah menghancurkan antigen menyerang, tetapi sel-sel
yang terlibat dalam produksi antibodi akan bertahan dan menjadi “sel memori.” Sel memori ini
dapat mengingat antigen asli dan kemudian mempertahankan diri ketika antigen
yang sama mencoba untuk kembali menginfeksi seseorang, bahkan setelah beberapa
dekade kemudian.
kembali
ke pro kontra vaksinasi, berikut ini saya kutip pendapat kelompok yang
menghalalkan dan mengharamkan
Kelompok Yang Mengharamkan
Kelompok
pertama adalah kelompok yang mengharamkan imunisasi dan vaksinasi. Alasan
keharamannya cukup panjang, mulai dari alasan yang bersifat mendasar atau
subtantif, hingga alasan-alasan penunjang dan tambahan.
Di
antara alasan yang sering digunakan untuk mengharamkan misalnya karena
menggunakan zat yang haram atau najis, ada efek samping, lebih besar
madharatnya, melawan kodrat Allah, bahkan hingga tuduhan adanya konspirasi dan
bisnis besar di balik gerakan vaksinasi.
Dalil Yang Mengharamkan
Ada
begitu banyak argumentasi dari kalangan yang mengharamkan, diantaranya:
1. Mengunakan Zat Yang Najis
Vaksin
haram karena menggunakan media ginjal kera, babi, aborsi bayi, darah orang yang
tertular penyakit infeksi yang notabene pengguna alkohol, obat bius, dan
lain-lain. Ini semua haram dipakai secara syari’at.
2. Banyak Efek Samping
Efek
samping yang membahayakan karena mengandung mercuri, thimerosal, aluminium,
benzetonium klorida, dan zat-zat berbahaya lainnya yg akan memicu autisme,
cacat otak, dan lain-lain.
3. Lebih Besar Madharatnya
Meski
imunisasi dan vaksinasi ada manfaatnya, tetapi ada banyak kerugiannya. Dan
kalau kalau dilihat secara keseluruhan, tertanya jauh lebih banyak bahayanya
dari pada manfaatnya, banyak efek sampingnya.
Dan
oleh karena itu logika hukumnya menyebutkan bahwa kita harus menolak manfaat
karena adanya mafsadat yang lebih besar.
4. Tiap Manusia Sudah Punya Kekebalan Tubuh
Alami
Kekebalan
tubuh sebenarnya sudah ada pada setiap orang. Sekarang tinggal bagaimana
menjaganya dan bergaya hidup sehat. Tidak perlu kecil-kecil sudah diberi vaksin
dan obat-obatan kimiawi yang hanya akan merusak jaringan yang alami.
Justru
kekebalan yang alami yang lebih diprioritaskan dan bukan kekebalan yang
bersifat kimiawi. Di beberapa negara barat yang sudah maju, justru vaksinasi
ini sudah ditinggalkan dan tidak lagi digunakan.
5. Konspirasi Yang Terstruktur, Sistematis
dan Masif
Di
balik adanya gerakan imunisasi dan vaksinasi pada bayi, ternyata terindikasi
adanya konspirasi dan akal-akalan negara barat untuk memperbodoh dan meracuni
negara berkembang dan negara muslim dengan menghancurkan generasi muda mereka.
Agenda
terselubung ini memang tidak nampak secara kasat mata, namun dipastikan
keberadaannya secara tersturktur, sistemtis dan masif. Umat Islam harus jauh
lebih waspada dan hati-hati terhadap tipu daya yahudi zionis international.
Sebab mereka tidak akan rela dengan umat Islam sehingga kita mengikuti millah
mereka, sesusai dengan surat Al-Baqarah ayat 120.
6. Bisnis Besar di Baliknya
Selain
adanya tujuan untuk merusak dan menguasai umat Islam, ternyata ada indikasi
bahwa di balik program imunisasi ada bisnis raksasa mahabesar yang
menggurita.
Ternyata
terindikasi bahwa di balik program imunisasi yang masif dan internasional ini,
ada pihak-pihak yang menangguk keuntungan berlimpah, yaitu pihak produsen yang
nota bene adalah perusahan milik non muslim.
Dengan
ikut program imunisasi sesungguhnya kita umat Islam telah dengan rela dan
sengaja menyumbangkan uang untuk kalangan musuh-musuh Islam, yang tentunya
kentungannya dimanfaatkan untuk menghancurkan agama Islam di muka bumi.
7. Menyingkirkan Pengobatan Nabawi
Pada
akhirnya semua bentuk imunisasi dan vakisinasi tidak lain adalah produk
kedokteran barat yang semata-mata hanya disandarkan pada akal dan logika
semata.
Sementara
kita sebagai umat Islam sebenarnya sudah diberikan anugerah berupa pengobatan
ala nabi (tibbun-nabawi) yang turun lewat wahyu, seperti minum madu, minyak
zaitun, kurma, dan habbatussauda dan sebagainya. Tentunya akan jauh lebih
berkah karena merupakan bagian dari mukjizat Rasulullah SAW.
Maka
kalau umat Islam masih saja mengunggulkan penggunakan produk kedokteran barat
itu sama saja dengan menyingkirkan metode pengobatan nabawi.
8. Ada Ilmuwan Yang Menentang
Kalau
diteliti dengan cermat, sebenarnya ada banyak dokter, ahli medis dan ilmuwan
dari kalangan barat sendiri yang menentang teori imunisasi dan vaksinasi.
Hanya
saja karena ada kepentingan bisnis dan modal dari pengusaha kapitalis itu,
akhirnya yang lebih dominan adalah para pendukung bisnis vaksin itu sendiri.
9. Walau Sudah Imuniasi Tetapi Tetap Tidak
Menjamin
Adanya
beberapa laporan bahwa anak mereka yang tidak di-imunisasi masih tetap sehat,
dan justru lebih sehat dari anak yang di-imunisasi.
Sebenarnya
kalau kita kumpulkan masih ada banyak lagi argumentasi yang dikemukakan ole
pihak yang mengharamkan imunisasi dan vaksinasi anak. Tetapi kita cukupkan dulu
sampai disini dan mari kita lihat argumentasi dan jawaban dari kalangan yang
menghalalkan
Kelompok Yang Menghalalkan
Di
sisi lain, kita juga menemukan kalangan ulama kontemporer dan ternama yang
tidak mengharamkan imunisasi dn vaksinasi. Dalam pandangan mereka, imunisasi
justru lebih utama untuk dilakukan, karena halal dan banyak sekali manfaatnya
buat kemanusiaan.
Sedangkan
alasan-alasan pengharaman yang diajukan oleh pihak yang mengharamkan, satu per
satu dijawab dengan argumentasi yang ternyata juga kuat.
Dengan
adanya kedua kubu yang mengharamkan dan menghalalkan ini, kita bisa buat
kesimpulan sementara bahwa paling tidak memang ada khilafiyah atau perbedaan
pendapat dalam hukum kehalalan imuniasi.
1. Mencegah Lebih Baik Dari Mengobati
Mencegah
lebih baik daripada mengobati. Karena telah banyak kasus ibu hamil membawa
virus Toksoplasma, Rubella, Hepatitis B yang membahayakan ibu dan janin. Bahkan
bisa menyebabkan bayi baru lahir langsung meninggal. Dan bisa dicegah dengan
vaksin.
Vaksinasi
penting dilakukan untuk mencegah penyakit infeksi berkembang menjadi wabah
seperti kolera, difteri, dan polio. Apalagi saat ini berkembang virus flu
burung yg telah mewabah. Hal ini menimbulkam keresahan bagi petugas kesahatan
yang menangani. Jika tidak ada, mereka tidak akan mau dekat-dekat. Juga
meresahkan masyarakat sekitar.
2. Rendahnya Standar Kesehatan
Walaupun
kekebalan tubuh sudah ada, akan tetapi kita hidup di negara berkembang yang
notabene standar kesehatan lingkungan masih rendah. Apalagi pola hidup di zaman
modern.
Belum
lagi kita tidak bisa menjaga gaya hidup sehat. Maka untuk antisipasi terpapar
penyakit infeksi, perlu dilakukan vaksinasi.
Lalu
mengapa beberapa negara barat ada yang tidak lagi menggunakan vaksinasi
tertentu atau tidak sama sekali?
Jawabannya
karena memang standar kesehatan mereka sudah lebih tinggi, lingkungan bersih,
epidemik (wabah) penyakit infeksi sudah diberantas, kesadaran dan pendidikan
hidup sehatnya tinggi. Mereka sudah mengkonsumsi sayuran organik.
Kalau
bangsa Indonesia sudah sampai taraf itu, tentu kita pun bisa meninggalkan
vaksinasi itu. Namun sayangnya, sebagai negara berkembang yang tingkat
kesadaran kesehatannya masih rendah, kita masih membutuhkan vaksinasi.
Dan
jangan salah persepsi, ternyata di negara yang sudah tidak lagi menjalankan
vaksinasi itu kalau sampai ada orang asing yang datang dari negeri yang masih
belum steril, maka dia justru wajib divaksin dengan vaksin jenis tertentu
terlebih dahulu. Karena mereka juga tidak ingin mendapatkan kiriman penyakit
dari negara lain. Intinya mereka tetap memberlakukan vaksin juga.
3. Minimnya Efek Samping
Tidak
bisa dipungkiri bahwa semua jenis obat pasti ada efek samping. Namun efek
samping itu tidak seberapa dibandingkan dengan resiko yang harus diderita suatu
bangsa akibat wabah penyakit yang berjangkit.
Efek
samping tentu bisa diminimalisasi dengan tanggap terhadap kondisi ketika hendak
imunisasi dan lebih banyak cari tahu jenis-jenis merk vaksin serta jadwal yang
benar sesuai kondisi setiap orang.
4. Korban Isu
Seringkali
argumentasi yang dibangun untuk mengharamkan imunisasi tidak tepat dan lebih
merupakan permainan isu tidak berdasar, atau sekedar pengelabuhan logika serta
hoak di media sosial.
Contohnya
vaksinasi MMR yang diisukan menyebabkan autis. Padahal hasil penelitian lain
yang lebih tersistem dan dengan metodologi yang benar, kasus autis itu ternyata
banyak penyebabnya. Penyebab autis itu multifaktor (banyak faktor yang
berpengaruh) dan penyebab utamanya masih harus diteliti.
5. Bukan Konspirasi
Teori
konspirasi memang termasuk 'makanan' empuk bagi banyak kalangan. Walaupun bukan
berarti terori ini keliru semua, tetapi yang namanya teori itu masih sulit
dipertanggung-jawabkan secara ilmiyah.
Jika
ini memang konspirasi atau akal-akalan negara barat, mereka pun terjadi
pro-kontra juga. Terutama vaksin MMR. Disana juga sempat ribut dan akhirnya diberi
kebebasan memilih.
Sampai
sekarang negara barat juga tetap memberlakukan vaksin sesuai dengan kondisi
lingkungan dan masyarakatnya.
6. Banyak Fatwa Yang Membolehkan
Ada
beberapa fatwa halal dan bolehnya imunisasi. Ada juga sanggahan bahwa vaksin
halal karena hanya sekedar katalisator dan tidak menjadi bagian vaksin.
Contohnya
Fatwa MUI yang menyatakan halal. Dan jika memang benar haram, maka tetap
diperbolehkan karena mengingat keadaan darurat, daripada penyakit infeksi
mewabah di negara kita. Harus segera dicegah karena sudah banyak yang
terjangkit polio, Hepatitis B, dan TBC.
7. Banyak Ulama Dan Lembaga Fatwa Yang
Membolehkan
Sebenarnya
cukup banyak ulama kontemporer yang menghalalkan imunisasi ini. Di antaranya
adalah Syeikh Abdullah bin Baz, mufti Kerajaan Saudi Arabia di masanya. Dan ada
juga Syeikh Shalih Al-Munajjid, yang juga salahs satu ulama besar di Saudi
Arabia.
Dan
beberapa lembaga fatwa baik di dalam negeri dan luar negeri pun banyak yang
menghalalkannya. Termasuk di dalamnya adalah Majelis Ulama Eropa, Lembaga
Bahtsul Matsail Nahdlatul Ulama dan Majelis Tarjib Muhammadiyah.
Di
negara mayoritas berpenduduk muslim seperti Indonesia, asal-usul vaksin selalu
menuai pro dan kontra karena dalam pembuatannya bersinggungan dengan unsur
babi. Sebenarnya vaksin apa saja yang menggunakan babi? berikut penjelasan dari
pihak biofarma produsen vaksin di indonesia. Perihal kehalalan vaksin
dipertanyakan sejak tereksposnya penggunaan tripsin (enzim babi) pada vaksin
polio. Untuk itu sudah ada fatwa MUI bahwa penggunaan vaksin OPV (Oral Polio
Vaccine) maupun IPV (Inactivated Poliovirus Vaccines atau vaksin polio khusus)
diperbolehkan, bisa dilihat pada website MUI
Pembuatan semua vaksin di Indonesia sendiri
dilakukan oleh PT Bio Farma (Persero). Kelima vaksin dasar lengkap yakni
Hepatitis B, Imunisasi BCG, Polio, Imunisasi DPT, Imunisasi Campak juga dibuat
PT Bio Farma (Persero) dan sudah diperbolehkan Majelis Ulama Indonesia (MUI).
Dari
pihak PT Bio Farma (Persero) sendiri menekankan ada beberapa hal yang perlu
diklarifikasi, yaitu:
1.
Tripsin bukan bahan pembuat vaksin, tapi untuk harvest sel (panen) yang
digunakan untuk media virus. Tripsin merupakan bahan untuk melepaskan sel dari
tempat merekatnya virus pada media virus.
2.
Tripsin kemudian dibuang dan ada proses pencucian, dan kemudian pelarutan
dengan air dalam jumlah yang sangat besar.
3.
Pada produk final tidak ditemukan unsur tripsin.
“Untuk
vaksin lainnya kita tidak menggunakan tripsin seperti polio. Dengan demikian,
bisa dijelaskan vaksin adalah suatu medikasi yang sifatnya urgent, bukan
pilihan seperti makanan,” lanjut dr Novilia.
Menurut
Dr. Soedjatmiko, SpA(K), MSi, Sekretaris Satgas Imunisasi PP IDAI, dalam
penjelasannya pada detikHealth, pada proses penyemaian induk bibit vaksin
tertentu 15-20 tahun lalu, proses panen bibit vaksin tersebut bersinggungan
dengan tripsin pankreas babi untuk melepaskan induk vaksin dari persemaiannya.
Tetapi
induk bibit vaksin tersebut kemudian dicuci dan dibersihkan total dengan cara
ultrafilterisasi ratusan kali, sehingga vaksin yang diberikan kepada anak tidak
mengandung tripsin babi. Hal ini dapat dibuktikan dengan pemeriksaan khusus.
“Majelis Ulama Indonesia menyatakan bahwa
vaksin tersebut dapat dipakai, selama belum ada penggantinya. Contoh vaksin
meningokokus haji diwajibkan oleh Saudi Arabia bagi semua jemaah haji untuk
mencegah radang otak karena meningokokus,” tambah Dr. Soedjatmiko. (mer/ir)
sumber :
http://health.detik.com/read/2012/06/20/152505/1946278/775/vaksin-apa-saja-yang-bersinggungan-dengan-babi
walaupun ada pernyataan dari gerry d gray
dalam bukunya rasulullah is my doctor yang mengatakan bahwa imunisasi haran
karena merupakan propaganda amerika tetapi saya membaca jurnal tentang Amerika
melakukan imunisasi bagi pasukan perang mereka. Ini menjawab tuduhan bahwa
imuniasi hanya untuk membodohi Negara muslim dan sudah tidak populer di Negara
barat, bahkan mereka mengeluarkan jurnal penelitian resmi untuk meyakinkan dan
menjawab pihak kontra imunisasi. Salah satunya adalah jurnal
berjudul, “Immunization to Protect the US Armed Forces: Heritage,
Current Practice, and Prospects” Sangat lucu jika mereka mau bunuh
diri dengan melemahkan dan membodohi pasukan perang mereka dengan imunisasi.
tetapi Saya
tetap memilih ASI sebagai vaksin alami, karena meyakini QS. AL BAqarah :
233 dan dari ayat tersebut dijelaskan bahwa ASI adalah VAKSIN ALAMI bagi setiap
anak manusia yang lahir di muka bumi.
Bukti
ilmiahnya apa? Silakan membaca pada link dibawah ini, bahwa dr Albert Sabin
pada awal merintis percobaan vaksin polio – beliau menggunakan kolostrum
manusia dan sapi sebagai obat. Jurnal ini menunjukkan bahwa hewan yang
terinfeksi oleh polio, 84% sembuh dengan pemberian kolostrum.
“Silahkan
menilai dan menjawab sendiri yaaaa” Kebenaran
hanyalah milik Allah subhanahu wa ta’ala semata dan kelemahan adalah dalam diri
saya . BELAJAR dan DO’A untuk mendapatkan cahaya kebenaran
0 komentar:
Posting Komentar