Blogger Widgets Saya FARMASIS: Vaksin..barang asing yang dimasukkan dalam tubuh

Minggu, 05 Juli 2015

Vaksin..barang asing yang dimasukkan dalam tubuh

Berhubung kemarin 2 materi terakhir pada mata kuliah imunologi adalah tentang imunisasi dan vaksin yang banyak menimbulkan pro dan kontra dari teman-teman. sampai sekarang pun, umat islam masih banyak memperdebatkan tentang vaksin dan imunisasi. ada yang pro dan kontra. malahan sekarang sudah ada gerakan anti imunisasi dan anti vaksinasi. baiklah langsung saja kita kroscek tentang 2 hal ini. apakah halal dan aman???

Vaksin berasal dari bahasa latin vacca (sapi) dan vaccinia (cacar sapi). Vaksin adalah sebuah produk yang menghasilkan kekebalan sehingga melindungi tubuh dari penyakit. Vaksin diberikan melalui suntikan jarum, melalui mulut dan aerosol. vaksin menjadi polemik karena pada proses pembuatannya bisa saja bersentuhan dengan barang haram atau najis. 
Dalam hal penyakit, lebih bijaksana untuk mencegah daripada mengobati. Salah satu caranya adalah dengan memberikan vaksinasi. Vaksinasi sangat membantu untuk mencegah penyakit-penyakit infeksi yang menular baik karena virus atau bakteri, misalnya polio, campak, difteri, pertusis (batuk rejan), rubella (campak Jerman), meningitis, tetanus, Haemophilus influenzae tipe b (Hi
b), hepatitis, dll.

Maha besar Sang Pencipta. Sebenarnya setiap anak lahir dengan sistem kekebalan penuh terdiri dari sel, kelenjar, organ, dan cairan yang berada di seluruh tubuh nya untuk melawan bakteri dan virus menyerang. Sistem kekebalan mengenali kuman yang memasuki tubuh sebagai penjajah “asing”, atau antigen, dan menghasilkan zat protein yang disebut antibodi untuk melawan mereka. Suatu sistem kekebalan tubuh yang sehat dan normal memiliki kemampuan untuk menghasilkan jutaan antibodi untuk membela serangan terhadap ribuan antigen setiap hari. Mereka melakukannya secara alami sampai-sampai orang bahkan tidak menyadari mereka sedang diserang dan membela diri. Ketika serangan sudah terlalu banyak dan tubuh tidak mampu bertahan, barulah orang akan merasakan sakit atau berbagai gejala penyakit. Banyak antibodi akan menghilang ketika mereka telah menghancurkan antigen menyerang, tetapi sel-sel yang terlibat dalam produksi antibodi akan bertahan dan menjadi “sel memori.” Sel memori ini dapat mengingat antigen asli dan kemudian mempertahankan diri ketika antigen yang sama mencoba untuk kembali menginfeksi seseorang, bahkan setelah beberapa dekade kemudian.

kembali ke pro kontra vaksinasi, berikut ini saya kutip pendapat kelompok yang menghalalkan dan mengharamkan

Kelompok Yang Mengharamkan
Kelompok pertama adalah kelompok yang mengharamkan imunisasi dan vaksinasi. Alasan keharamannya cukup panjang, mulai dari alasan yang bersifat mendasar atau subtantif, hingga alasan-alasan penunjang dan tambahan.
Di antara alasan yang sering digunakan untuk mengharamkan misalnya karena menggunakan zat yang haram atau najis, ada efek samping, lebih besar madharatnya, melawan kodrat Allah, bahkan hingga tuduhan adanya konspirasi dan bisnis besar di balik gerakan vaksinasi.

Dalil Yang Mengharamkan
Ada begitu banyak argumentasi dari kalangan yang mengharamkan, diantaranya:
1. Mengunakan Zat Yang Najis
Vaksin haram karena menggunakan media ginjal kera, babi, aborsi bayi, darah orang yang tertular penyakit infeksi yang notabene pengguna alkohol, obat bius, dan lain-lain. Ini semua haram dipakai secara syari’at.
2. Banyak Efek Samping
Efek samping yang membahayakan karena mengandung mercuri, thimerosal, aluminium, benzetonium klorida, dan zat-zat berbahaya lainnya yg akan memicu autisme, cacat otak, dan lain-lain.
3. Lebih Besar Madharatnya
Meski imunisasi dan vaksinasi ada manfaatnya, tetapi ada banyak kerugiannya. Dan kalau kalau dilihat secara keseluruhan, tertanya jauh lebih banyak bahayanya dari pada manfaatnya, banyak efek sampingnya.
Dan oleh karena itu logika hukumnya menyebutkan bahwa kita harus menolak manfaat karena adanya mafsadat yang lebih besar.
4. Tiap Manusia Sudah Punya Kekebalan Tubuh Alami
Kekebalan tubuh sebenarnya sudah ada pada setiap orang. Sekarang tinggal bagaimana menjaganya dan bergaya hidup sehat. Tidak perlu kecil-kecil sudah diberi vaksin dan obat-obatan kimiawi yang hanya akan merusak jaringan yang alami.
Justru kekebalan yang alami yang lebih diprioritaskan dan bukan kekebalan yang bersifat kimiawi. Di beberapa negara barat yang sudah maju, justru vaksinasi ini sudah ditinggalkan dan tidak lagi digunakan.
5. Konspirasi Yang Terstruktur, Sistematis dan Masif
Di balik adanya gerakan imunisasi dan vaksinasi pada bayi, ternyata terindikasi adanya konspirasi dan akal-akalan negara barat untuk memperbodoh dan meracuni negara berkembang dan negara muslim dengan menghancurkan generasi muda mereka.
Agenda terselubung ini memang tidak nampak secara kasat mata, namun dipastikan keberadaannya secara tersturktur, sistemtis dan masif. Umat Islam harus jauh lebih waspada dan hati-hati terhadap tipu daya yahudi zionis international. Sebab mereka tidak akan rela dengan umat Islam sehingga kita mengikuti millah mereka, sesusai dengan surat Al-Baqarah ayat 120.
6. Bisnis Besar di Baliknya
Selain adanya tujuan untuk merusak dan menguasai umat Islam, ternyata ada indikasi bahwa di balik program imunisasi ada bisnis raksasa mahabesar yang menggurita.  
Ternyata terindikasi bahwa di balik program imunisasi yang masif dan internasional ini, ada pihak-pihak yang menangguk keuntungan berlimpah, yaitu pihak produsen yang nota bene adalah perusahan milik non muslim. 
Dengan ikut program imunisasi sesungguhnya kita umat Islam telah dengan rela dan sengaja menyumbangkan uang untuk kalangan musuh-musuh Islam, yang tentunya kentungannya dimanfaatkan untuk menghancurkan agama Islam di muka bumi.
7. Menyingkirkan Pengobatan Nabawi
Pada akhirnya semua bentuk imunisasi dan vakisinasi tidak lain adalah produk kedokteran barat yang semata-mata hanya disandarkan pada akal dan logika semata.
Sementara kita sebagai umat Islam sebenarnya sudah diberikan anugerah berupa pengobatan ala nabi (tibbun-nabawi) yang turun lewat wahyu, seperti minum madu, minyak zaitun, kurma, dan habbatussauda dan sebagainya. Tentunya akan jauh lebih berkah karena merupakan bagian dari mukjizat Rasulullah SAW.
Maka kalau umat Islam masih saja mengunggulkan penggunakan produk kedokteran barat itu sama saja dengan menyingkirkan metode pengobatan nabawi.
8. Ada Ilmuwan Yang Menentang
Kalau diteliti dengan cermat, sebenarnya ada banyak dokter, ahli medis dan ilmuwan dari kalangan barat sendiri yang menentang teori imunisasi dan vaksinasi.
Hanya saja karena ada kepentingan bisnis dan modal dari pengusaha kapitalis itu, akhirnya yang lebih dominan adalah para pendukung bisnis vaksin itu sendiri.
9. Walau Sudah Imuniasi Tetapi Tetap Tidak Menjamin
Adanya beberapa laporan bahwa anak mereka yang tidak di-imunisasi masih tetap sehat, dan justru lebih sehat dari anak yang di-imunisasi. 
Sebenarnya kalau kita kumpulkan masih ada banyak lagi argumentasi yang dikemukakan ole pihak yang mengharamkan imunisasi dan vaksinasi anak. Tetapi kita cukupkan dulu sampai disini dan mari kita lihat argumentasi dan jawaban dari kalangan yang menghalalkan

Kelompok Yang Menghalalkan
Di sisi lain, kita juga menemukan kalangan ulama kontemporer dan ternama yang tidak mengharamkan imunisasi dn vaksinasi. Dalam pandangan mereka, imunisasi justru lebih utama untuk dilakukan, karena halal dan banyak sekali manfaatnya buat kemanusiaan.
Sedangkan alasan-alasan pengharaman yang diajukan oleh pihak yang mengharamkan, satu per satu dijawab dengan argumentasi yang ternyata juga kuat. 
Dengan adanya kedua kubu yang mengharamkan dan menghalalkan ini, kita bisa buat kesimpulan sementara bahwa paling tidak memang ada khilafiyah atau perbedaan pendapat dalam hukum kehalalan imuniasi.
 1. Mencegah Lebih Baik Dari Mengobati
Mencegah lebih baik daripada mengobati. Karena telah banyak kasus ibu hamil membawa virus Toksoplasma, Rubella, Hepatitis B yang membahayakan ibu dan janin. Bahkan bisa menyebabkan bayi baru lahir langsung meninggal. Dan bisa dicegah dengan vaksin.
Vaksinasi penting dilakukan untuk mencegah penyakit infeksi berkembang menjadi wabah seperti kolera, difteri, dan polio. Apalagi saat ini berkembang virus flu burung yg telah mewabah. Hal ini menimbulkam keresahan bagi petugas kesahatan yang menangani. Jika tidak ada, mereka tidak akan mau dekat-dekat. Juga meresahkan masyarakat sekitar.
2. Rendahnya Standar Kesehatan
Walaupun kekebalan tubuh sudah ada, akan tetapi kita hidup di negara berkembang yang notabene standar kesehatan lingkungan masih rendah. Apalagi pola hidup di zaman modern.
Belum lagi kita tidak bisa menjaga gaya hidup sehat. Maka untuk antisipasi terpapar penyakit infeksi, perlu dilakukan vaksinasi. 
Lalu mengapa beberapa negara barat ada yang tidak lagi menggunakan vaksinasi tertentu atau tidak sama sekali? 
Jawabannya karena memang standar kesehatan mereka sudah lebih tinggi, lingkungan bersih, epidemik (wabah) penyakit infeksi sudah diberantas, kesadaran dan pendidikan hidup sehatnya tinggi. Mereka sudah mengkonsumsi sayuran organik.
Kalau bangsa Indonesia sudah sampai taraf itu, tentu kita pun bisa meninggalkan vaksinasi itu. Namun sayangnya, sebagai negara berkembang yang tingkat kesadaran kesehatannya masih rendah, kita masih membutuhkan vaksinasi.
Dan jangan salah persepsi, ternyata di negara yang sudah tidak lagi menjalankan vaksinasi itu kalau sampai ada orang asing yang datang dari negeri yang masih belum steril, maka dia justru wajib divaksin dengan vaksin jenis tertentu terlebih dahulu. Karena mereka juga tidak ingin mendapatkan kiriman penyakit dari negara lain. Intinya mereka tetap memberlakukan vaksin juga.
3. Minimnya Efek Samping
Tidak bisa dipungkiri bahwa semua jenis obat pasti ada efek samping. Namun efek samping itu tidak seberapa dibandingkan dengan resiko yang harus diderita suatu bangsa akibat wabah penyakit yang berjangkit.
Efek samping tentu bisa diminimalisasi dengan tanggap terhadap kondisi ketika hendak imunisasi dan lebih banyak cari tahu jenis-jenis merk vaksin serta jadwal yang benar sesuai kondisi setiap orang.
4. Korban Isu
Seringkali argumentasi yang dibangun untuk mengharamkan imunisasi tidak tepat dan lebih merupakan permainan isu tidak berdasar, atau sekedar pengelabuhan logika serta hoak di media sosial. 
Contohnya vaksinasi MMR yang diisukan menyebabkan autis. Padahal hasil penelitian lain yang lebih tersistem dan dengan metodologi yang benar, kasus autis itu ternyata banyak penyebabnya. Penyebab autis itu multifaktor (banyak faktor yang berpengaruh) dan penyebab utamanya masih harus diteliti.
5. Bukan Konspirasi
Teori konspirasi memang termasuk 'makanan' empuk bagi banyak kalangan. Walaupun bukan berarti terori ini keliru semua, tetapi yang namanya teori itu masih sulit dipertanggung-jawabkan secara ilmiyah. 
Jika ini memang konspirasi atau akal-akalan negara barat, mereka pun terjadi pro-kontra juga. Terutama vaksin MMR. Disana juga sempat ribut dan akhirnya diberi kebebasan memilih.
Sampai sekarang negara barat juga tetap memberlakukan vaksin sesuai dengan kondisi lingkungan dan masyarakatnya.
6. Banyak Fatwa Yang Membolehkan
Ada beberapa fatwa halal dan bolehnya imunisasi. Ada juga sanggahan bahwa vaksin halal karena hanya sekedar katalisator dan tidak menjadi bagian vaksin.
Contohnya Fatwa MUI yang menyatakan halal. Dan jika memang benar haram, maka tetap diperbolehkan karena mengingat keadaan darurat, daripada penyakit infeksi mewabah di negara kita. Harus segera dicegah karena sudah banyak yang terjangkit polio, Hepatitis B, dan TBC.
7. Banyak Ulama Dan Lembaga Fatwa Yang Membolehkan
Sebenarnya cukup banyak ulama kontemporer yang menghalalkan imunisasi ini. Di antaranya adalah Syeikh Abdullah bin Baz, mufti Kerajaan Saudi Arabia di masanya. Dan ada juga Syeikh Shalih Al-Munajjid, yang juga salahs satu ulama besar di Saudi Arabia.
Dan beberapa lembaga fatwa baik di dalam negeri dan luar negeri pun banyak yang menghalalkannya. Termasuk di dalamnya adalah Majelis Ulama Eropa, Lembaga Bahtsul Matsail Nahdlatul Ulama dan Majelis Tarjib Muhammadiyah.
Di negara mayoritas berpenduduk muslim seperti Indonesia, asal-usul vaksin selalu menuai pro dan kontra karena dalam pembuatannya bersinggungan dengan unsur babi. Sebenarnya vaksin apa saja yang menggunakan babi? berikut penjelasan dari pihak biofarma produsen vaksin di indonesia. Perihal kehalalan vaksin dipertanyakan sejak tereksposnya penggunaan tripsin (enzim babi) pada vaksin polio. Untuk itu sudah ada fatwa MUI bahwa penggunaan vaksin OPV (Oral Polio Vaccine) maupun IPV (Inactivated Poliovirus Vaccines atau vaksin polio khusus) diperbolehkan, bisa dilihat pada website MUI
Pembuatan semua vaksin di Indonesia sendiri dilakukan oleh PT Bio Farma (Persero). Kelima vaksin dasar lengkap yakni Hepatitis B, Imunisasi BCG, Polio, Imunisasi DPT, Imunisasi Campak juga dibuat PT Bio Farma (Persero) dan sudah diperbolehkan Majelis Ulama Indonesia (MUI).
Dari pihak PT Bio Farma (Persero) sendiri menekankan ada beberapa hal yang perlu diklarifikasi, yaitu:
1. Tripsin bukan bahan pembuat vaksin, tapi untuk harvest sel (panen) yang digunakan untuk media virus. Tripsin merupakan bahan untuk melepaskan sel dari tempat merekatnya virus pada media virus.
2. Tripsin kemudian dibuang dan ada proses pencucian, dan kemudian pelarutan dengan air dalam jumlah yang sangat besar.
3. Pada produk final tidak ditemukan unsur tripsin.
“Untuk vaksin lainnya kita tidak menggunakan tripsin seperti polio. Dengan demikian, bisa dijelaskan vaksin adalah suatu medikasi yang sifatnya urgent, bukan pilihan seperti makanan,” lanjut dr Novilia.
Menurut Dr. Soedjatmiko, SpA(K), MSi, Sekretaris Satgas Imunisasi PP IDAI, dalam penjelasannya pada detikHealth, pada proses penyemaian induk bibit vaksin tertentu 15-20 tahun lalu, proses panen bibit vaksin tersebut bersinggungan dengan tripsin pankreas babi untuk melepaskan induk vaksin dari persemaiannya.
Tetapi induk bibit vaksin tersebut kemudian dicuci dan dibersihkan total dengan cara ultrafilterisasi ratusan kali, sehingga vaksin yang diberikan kepada anak tidak mengandung tripsin babi. Hal ini dapat dibuktikan dengan pemeriksaan khusus.
“Majelis Ulama Indonesia menyatakan bahwa vaksin tersebut dapat dipakai, selama belum ada penggantinya. Contoh vaksin meningokokus haji diwajibkan oleh Saudi Arabia bagi semua jemaah haji untuk mencegah radang otak karena meningokokus,” tambah Dr. Soedjatmiko. (mer/ir)
sumber : http://health.detik.com/read/2012/06/20/152505/1946278/775/vaksin-apa-saja-yang-bersinggungan-dengan-babi
walaupun ada pernyataan dari gerry d gray dalam bukunya rasulullah is my doctor yang mengatakan bahwa imunisasi haran karena merupakan propaganda amerika tetapi saya membaca jurnal tentang Amerika melakukan imunisasi bagi pasukan perang mereka. Ini menjawab tuduhan bahwa imuniasi hanya untuk membodohi Negara muslim dan sudah tidak populer di Negara barat, bahkan mereka mengeluarkan jurnal penelitian resmi untuk meyakinkan dan menjawab pihak kontra imunisasi. Salah satunya adalah jurnal berjudul,  “Immunization to Protect the US Armed Forces: Heritage, Current Practice, and Prospects” Sangat lucu jika mereka mau bunuh diri dengan melemahkan dan membodohi pasukan perang mereka dengan imunisasi.
Jurnal tersebut bisa di akses di: http://epirev.oxfordjournals.org/content/28/1/3.full
tetapi Saya tetap memilih ASI sebagai vaksin alami, karena  meyakini QS. AL BAqarah : 233 dan dari ayat tersebut dijelaskan bahwa ASI adalah VAKSIN ALAMI bagi setiap anak manusia yang lahir di muka bumi.
Bukti ilmiahnya apa? Silakan membaca pada link dibawah ini, bahwa dr Albert Sabin pada awal merintis percobaan vaksin polio – beliau menggunakan kolostrum manusia dan sapi sebagai obat. Jurnal ini menunjukkan bahwa hewan yang terinfeksi oleh polio, 84% sembuh dengan pemberian kolostrum.
“Silahkan menilai dan menjawab sendiri yaaaa” Kebenaran hanyalah milik Allah subhanahu wa ta’ala semata dan kelemahan adalah dalam diri saya . BELAJAR dan DO’A untuk mendapatkan cahaya kebenaran




0 komentar:

Posting Komentar